♟️ Daftar Istilah Penting Dalam Buku Catatan

Bukuini hasil karya instansi pemerintah dan tidak diperjualbelikan. Berisi rincian secara jelas tentang UU Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Larangan Pembagian Wilayah Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Agarsetiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikianlah isi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 tahun 2016 tentang Pedoman Penulisan Tokoh Sejarah, yang ditetapkan Mendikbud Muhadjir Effendy pada tanggal 23 Desember 2016. daftarpustaka—432. dialog—321, 333, 431. drama—345, 346 Adapun yang dimaksud dengan indeks adalah daftar kata atau istilah penting yang terdapat dalam buku cetakan. Indeks biasanya terdapat pada halaman akhir dan tersusun menurut abjad. Hal lain yang perlu Anda kuasai adalah membuat catatan tentang isi buku berdasarkan kata Kriteriapenting dari istilah meliputi pertimbangan dari kapitalisasi pasar atau market cap. Adapun ke-45 perusahaan ini selalu disesuaikan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada awal Februari dan Agustus. Hal itu membuat saham yang ada di daftar ini bisa selalu berubah-ubah. Ex Date, Recording Date & Cum Date Berikutini adalah empat sumber referensi yang umum dipakai dalam kegiatan menulis. 1. Buku. Buku merupakan referensi paling umum yang dipakai dalam proses kepenulisan maupun pengajaran dalam institusi pendidikan. Umumnya, buku telah melewati proses penyuntingan sebelum diterbitkan, sehingga konten dan isinya juga telah tervalidasi secara khusus. Cicilanhutang ini adalah beban pengeluaran yang harus ada di dalam daftar pengeluaran pokok. Baik itu secara mingguan maupun bulanan. Istilah tersebut akan membuat catatan dalam buku kas menjadi lebih jelas dan seakan memahami dunia financial seutuhnya/tidak udik. Semoga setelah ini saya pun jadi bisa rajin mencatat keuangan juga, hihihih Catatan: Centang (v) pada bagian yang memenuhi kriteria. 2. Bahasa Indonesia Tulisan siswa dinilai dengan menggunakan daftar periksa. Indikator Penilaian Ada Tidak Ada Menyebutkan informasi penting dengan unsur APA secara tepat Menyebutkan informasi penting dengan unsur SIAPA secara tepat Menyebutkan informasi penting dengan unsur DI PPBuku BATIKpedia - Kumpulan Istilah Penting dalam Dunia Batik di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Kumpulan Istilah Penting dalam Dunia Batik di Pitaloka pt. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar Istilahdaftar pustaka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki arti sebagai daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang atau penulis, nama penerbit serta tempatnya, yang ditulis dan ditempatkan pada bagian akhir suatu karangan dan buku. Daftar pustaka dan contoh daftar pustaka yang ada, biasanya disusun berdasarkan abjad . Pengertian Footnote1. Gorys Keraf 1994 143Fungsi Footnote1. Memberi informasi 2. Memberikan keterangan dan petunjuk3. Menguatkan bukti4. Memperluas pembahasanUnsur-unsur Footnote1. Nama penulis2. Judul tulisan3. Tahun terbit 4. Nomor halaman yang dikutipKetentuan Penulisan Footnote1. Nomor penanda 2. Nama pengarang 3. Judul buku atau sumber referensi 4. Identitas buku referensiContoh Penulisan Footnote1. Cara Menulis Footnote dengan 1 Pengarang 2. Cara Menulis Footnote dengan 2-3 Pengarang 3. Cara Menulis Footnote dengan Lebih dari 3 Pengarang 4. Cara Menulis Footnote dari Buku 5. Cara Menulis Footnote dari Jurnal, Makalah atau Laporan Penelitian 6. Cara Menulis Footnote dari Majalah 7. Cara Menulis Footnote Skripsi, Tesis atau Disertasi 8. Cara Menulis Footnote dari Buku Terjemahan9. Cara Menulis Footnote dari Koran 10. Cara Menulis Footnote dari Internet Cara Menulis Footnote. Catatan kaki atau footnote salah satu bagian penting dalam sebuah karya tulis, yang berbeda dengan daftar pustaka. Seorang penulis harus memahami fungsi dan cara menulis footnote untuk menginformasikan kepada pembaca sumber referensi dan kutipan Anda dalam menciptakan karya tulis. Sehingga penulisan footnote atau catatan kaki harus singkat, detail dan jelas. Sebelum Anda belajar cara menulis footnote, alangkah lebih baiknya memahami maksud, fungsi dan unsur-unsur penulisan footnote. Mau menulis buku? Anda wajib punya panduan iniGRATIS! Ebook Panduan Menulis Buku [PREMIUM] Pengertian Footnote Footnote adalah catatan kaki, yakni catatan yang berada di bagian paling bawah halaman untuk mencantumkan sumber rujukan dari pengutipan informasi di bagian badan teks atau paragraf. Footnote atau catatan kaki juga digunakan sebagai keterangan tambahan untuk informasi, istilah-istilah atau nama tertentu. Cara menulis footnote biasanya menggunakan simbol angka, huruf maupun tanda kurung yang ditulis berurutan dari awal sampai seterusnya. Selain itu, teks atau kutipan yang akan dijelaskan sumber rujukannya dalam catatan kaki akan ditandai dengan nomor. Nomor tersebut akan berkaitan langsung dengan keterangan di catatan kaki bagian bawah halaman. Penomoran ini membantu pembaca memahami sumber-sumber rujukan atau kutipan secara jelas, tidak tertukar antara teks satu dengan lainnya. Karena, footnote berfungsi membantu pembaca menelusuri sumber rujukan dalam karya tulis Anda sehingga perlu ditulis rinci dan mudah dipahami. Cara menulis footnote atau catatan kaki tentu berbeda dengan daftar pustaka. Daftar pustaka berisi sumber kutipan yang ditulis secara langsung dan tak langsung. Daftar pustaka juga berisi semua sumber rujukan dan referensi yang dijelaskan secara rinci, baik sumbernya berupa buku, laporan karya ilmiah atau internet. Sedangkan, cara menulis footnote atau catatan kaki hanya menulis sumber kutipan dari teks yang tertulis dalam satu halaman itu saja dan footnote akan ditulis di bagian paling bawah halaman dengan ukuran font lebih kecil serta penomoran. 1. Gorys Keraf 1994 143 Seorang Gorys Keraf mengatakan bahwa footnote atau catatan kaki adalah keterangan dari teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Catatan kaki ini bisa ditemukan pada semua karya ilmiah, seperti tesis, skripsi atau tugas akhir, makalah proposal dan beberapa karya tulis lainnya. Baca Juga Cara Menulis Kutipan Langsung dan Tidak Langsung dari Buku, Jurnal dan Internet Fungsi Footnote Penulisan footnote atau catatan kaki pastinya memiliki fungsi yang penting untuk sebuah jurnal atau karya tulis sebelum dipublikasikan ke khalayak. Footnote bukan hanya sekadar memberikan informasi, tetapi juga penguat bukti dari isi tulisan Anda. Berikut ini, beberapa fungsi menulis footnote yang harus Anda pahami. 1. Memberi informasi Footnote atau catatan kaki memiliki fungsi utama untuk memberikan informasi lengkap tentang sumber rujukan atau kutipan yang dipakai penulis dalam karya tulisnya. Sehingga pembaca bisa membedakan hasil pemikiran pribadi penulis dan seorang ahli. Adanya footnote juga akan membantu mereka mencari dan membaca sumber aslinya untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Karena itu, memberi informasi termasuk fungsi dari footnote atau catatan kaki. 2. Memberikan keterangan dan petunjuk Footnote atau catatan kaki memiliki fungsi untuk memberikan keterangan dan petunjuk kepada pembacanya. Maksudnya, petunjuk dan keterangan yang berupa lampiran catatan terkait dengan data, pernyataan dan fakta-fakta yang dijabarkan dalam isi tulisan. Supaya, pembaca bisa mempelajari permasalahan yang dibahas dalam karya tulis atau jurnal dari sumber-sumber yang dijadikan rujukan secara mendalam. 3. Menguatkan bukti Footnote atau catatan kaki juga berfungsi untuk menguatkan pernyataan dan data yang dijabarkan dalam jurnal atau karya tulis lainnya. Adanya footnote untuk memberikan informasi mengenai sumber rujukan akan membantu pembaca memahami bahwa data yang penulis sampaikan memang sesuai fakta dan bisa dipertanggungjawabkan. Footnote atau catatan kaki ini juga memberikan bukti dan penjelasan kepada pembaca mengenai sumber kutipan pernyataan dan data tersebut diambil. Artinya, footnote bisa digunakan sebagai bentuk validasi atau penguat informasi. 4. Memperluas pembahasan Footnote atau catatan kaki berfungsi memperluas pembahasan sebuah jurnal atau karya tulis. Maksudnya, footnote akan membantu permasalahan yang dibahas dalam sebuah jurnal semakin berkembang lebih luas. Di sisi lain, pembaca juga akan memahami dan mempelajari pembahasan dalam karya tulis tersebut dengan melihat footnote atau catatan kaki. Hal ini juga membantu mereka ketika menghadapi studi kasus yang sama. Baca Juga Cara Menulis Kutipan dari Berita Online Unsur-unsur Footnote Cara menulis footnote atau catatan kaki juga tidak sembarangan. Karena, ini menyangkut dengan tulisan orang lain maupun pernyataan seorang ahli. Sehingga penulis perlu memperhatikan unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam penulisan footnote, agar informasinya jelas, detail sekaligus terhindar dari penjiplakan. Berikut ini, unsur-unsur penulisan footnote atau catatan kaki. 1. Nama penulis Penulisan footnote atau catatan kaki harus menyertakan nama penulis dari buku, jurnal atau karya tulis yang telah dijadikan sebagai sumber rujukan. Anda bisa menuliskan nama lengkapnya tanpa gelar, seperti penulisan dalam daftar pustaka. 2. Judul tulisan Judul adalah identitas dan informasi penting dari sebuah buku, jurnal atau karya tulis. Karena itu, Anda harus menuliskan judul buku atau karya tulis yang menjadi sumber rujukan atau kutipan dalam footnote atau catatan kaki. Penulisan judul buku dalam footnote atau catatan kaki ini juga harus memperhatikan ejaan yang benar, sama seperti penulisan judul di daftar pustaka. 3. Tahun terbit Tahun terbit adalah tahun publikasi buku, jurnal atau karya tulis tersebut. Tahun terbit dari buku atau jurnal yang menjadi sumber rujukan juga termasuk unsur penting dalam penulisan footnote atau catatan kaki, sama halnya dengan penulisan di daftar pustaka. Supaya, pembaca paham judul dan tahun penerbitan buku yang telah dijadikan sumber rujukan penulis sehingga tidak keliru dengan buku lain, yang mungkin berjudul serupa. 4. Nomor halaman yang dikutip Nomor halaman adalah unsur penting dalam penulisan footnote atau catatan kaki dan hal inilah yang membedakannya dengan daftar pustaka. Maksudnya, penulis biasanya mengutip sebuah pernyataan dari halaman tertentu sebuah buku untuk menguatkan data yang dijabarkannya dalam karya tulis. Maka, penulis harus mencantumkan nomor halaman dari sebuah buku yang memuat pernyataan tersebut. Supaya, pembaca lebih mudah untuk mencari pernyataan yang telah Anda kutip dari buku atau jurnal lain. Hal ini membantu pembaca untuk membuktikan kutipan itu benar atau tidak. Penulisan nomor halaman dari sebuah buku yang menjadi sumber rujukan dalam footnote atau catatan kaki pun cukup ditulis dengan “hal” dan pemberian nomor halaman pada kutipan. Baca Juga 4 Cara Menulis Kutipan Dari Jurnal Ketentuan Penulisan Footnote Bila Anda ingin mempelajari cara menulis footnote atau catatan kaki, Anda harus memahami aturan penulisan catatan kaki. Berikut ini, ketentuan-ketentuan yang harus dipahami ketika menulis footnote atau catatan kaki. 1. Nomor penanda Cara menulis footnote atau catatan kaki harus menggunakan nomor penanda, baik di bagian akhir teks kutipan dan pada catatan kaki di bawah lembar halaman. Nomor penanda ini ditulis menggunakan angka kuadrat dan harus sama antara teks serta catatan kakinya. Ingatlah, penulis nomor penanda ini tidak sampai satu spasi dan ukurannya juga sedikit lebih kecil. 2. Nama pengarang Cara menulis footnote atau catatan kaki harus menyebutkan nama pengarang dari buku atau jurnal yang menjadi rujukan. Dalam catatan kaki, Anda bisa menulis nama pengarang sesuai dengan urutan nama aslinya. Tapi, Anda tidak perlu menuliskan pangkat atau gelar nama pengarang, seperti Ir., Prof., Dr., tidak perlu dicantumkan. Jika buku atau jurnal yang menjadi bahan rujukan Anda ditulis oleh 2 atau 3 pengarang. Maka, Anda harus mencantumkan semua namanya dalam footnote. Jika buku, jurnal atau karya tulis yang menjadi rujukan Anda ditulis oleh lebih dari 3 pengarang. Maka, cara menulis footnote cukup menyebutkan nama pengarang pertama saja, lalu diikuti dengan dkk atau et all. 3. Judul buku atau sumber referensi Cara menulis footnote atau catatan kaki yang benar harus mencantumkan judul buku atau jurnal yang menjadi referensi atau rujukan. Jika Anda mengutip sebuah teori atau pandangan ahli dari buku lain dalam isi karya tulis Anda berilah tanda pada kutipan itu dan tuliskan judul buku yang menjadi rujukan dalam footnote di bagian bawah lembar halaman. Karena footnote berbeda dengan daftar pustaka, Anda juga harus menyebutkan nomor halaman teori atau kalimat yang sudah Anda kutip. Anda bisa menulis judul buku atau jurnal rujukan itu dengan tulisan dicetak miring atau digaris bawahi dalam catatan kaki. Sementara itu, Anda bisa menulis nomor halaman buku atau jurnal yang menjadi rujukan dengan singkatan “hal”. Bila sumber referensi Anda berasal dari jurnal di internet, cara menulis footnote tetap harus mencantumkan nama penulisnya, judul jurnal yang dicetak miring, alamat URL dan tanggal aksesnya. 4. Identitas buku referensi Cara menulis footnote atau catatan kaki tidak hanya mencantumkan judul buku dan nama pengarangnya saja, tetapi juga tahun terbit, nama penerbit dam kota penerbit dari buku yang menjadi sumber rujukan Anda. Anda bisa menuliskan identitas ini dalam catatan kaki, sama seperti menulis daftar pustaka. Baca Juga Citation Pengertian, Tujuan, Jenis-jenis, Prinsip-prinsip dan Cara Penulisan Contoh Penulisan Footnote Adapun beberapa contoh cara menulis footnote atau catatan kaki berdasarkan banyaknya pengarang dan sumber rujukan, antara lain 1. Cara Menulis Footnote dengan 1 Pengarang Bila sumber referensi tulisan Anda, baik buku atau jurnal hanya ditulis oleh 1 pengarang saja. Maka, cara menulis footnote dengan 1 pengarang sebagai berikut Nomor Kutipan, Nama Pengarang, Judul Buku Kota Penerbit Nama Penerbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ¹Sartono Suryadiningrat, Pendekatan Ilmu-ilmu Agama Dalam Muamalah Masyarakat Jakarta Asy-Syariah, 2003, hal. 13. 2. Cara Menulis Footnote dengan 2-3 Pengarang Bila buku atau jurnal yang menjadi sumber referensi Anda ditulis oleh 2-3 orang, Anda juga harus mencantumkan semuanya. Cara menulis footnote dari buku yang memiliki 2-3 pengarang, berikut ini. Nomor Kutipan, Nama Pengarang 2-3 orang, Judul Buku Kota Penerbit Nama Penerbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ²Abdul Khalik, Rapi Armad, Bagus Kuncoro, Belajar Bahasa Indonesia, Surabaya Dwikarya, 2009, hlm 26. 3. Cara Menulis Footnote dengan Lebih dari 3 Pengarang Bila buku atau jurnal referensi Anda ditulis oleh lebih dari 3 pengarang, Anda tidak harus mencantumkan semua namanya. Maka, cara menulis footnote untuk buku dengan lebih dari 3 pengarang sebagai berikut ini. Nomor Kutipan, Nama Pengarang, Judul Buku Kota Penerbit Nama Penerbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ¹Sri Utami dkk, Bahasa Inggris Level 5 Yogyakarta PT. Gramedia, 2003, hal. 4. 4. Cara Menulis Footnote dari Buku Buku seringkali menjadi sumber referensi penulis dalam membuat sebuah karya tulis. Terkadang, penulis juga perlu mengutip sebuah kalimat atau pandangan ahli dari buku tersebut untuk karya tulisnya. Maka, cara menulis footnote untuk referensi yang berasal dari buku seperti ini. Nomor kutipan Nama Penulis, Judul Buku Kota Terbit Nama Penerbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ³Budi Martono, Penyusutan dan Pengamanan Arsip Vital dalam manajemen Kearsipan Jakarta Pustaka sinar Harapan, 1994, hlm. 16. 5. Cara Menulis Footnote dari Jurnal, Makalah atau Laporan Penelitian Bila sumber referensi atau kutipan dalam karya tulis Anda berasal dari sebuah jurnal atau laporan penelitian. Maka, cara menulis footnote berbeda dengan sumber yang berasal dari buku, seperti berikut ini. Nomor Kutipan, Nama Penulis, “Judul Artikel”, Nama Jurnal, Edisi, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ²Yahya Saputra, “Kekerasan Terhadap Wanita dalam Hukum Islam”, Asy-Syariah, Edisi 6, April 2016. 6. Cara Menulis Footnote dari Majalah Majalah juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber referensi membuat karya tulis maupun kutipan. Tapi, Anda harus mencantumkannya dalam catatan kaki yang pastinya berbeda dengan penulisan sumber lain. Cara menulis footnote untuk sumber yang berasal dari majalah adalah sebagai berikut. Nomor Kutipan, Nama Penulis, “Judul Majalah”, Nama Penerbit, Kota Penerbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ³Mochtar Naim, “Mengapa Orang Minang Merantau?”, Tempo, 31 Januari 1975, hlm. 36. 7. Cara Menulis Footnote Skripsi, Tesis atau Disertasi Sumber referensi dan kutipan sebuah karya tulis juga bisa berasal dari skripsi, tesis maupun disertasi, tak hanya laporan penelitian. Cara menulis footnote untuk sumber dari skripsi dan semacamnya itu seperti berikut ini. Nomor Kutipan, Nama Penulis, Jenis Karya Tulis “judul karya tulis dicetak miring” Kota Terbit Penerbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ²Adnan Syarief, Skripsi “Sistem Pendaftaran Praktikum Berbasi Laravel” Yogyakarta UMY, 2017, Hal 30. 8. Cara Menulis Footnote dari Buku Terjemahan Cara menulis footnote untuk sumber referensi tulisan dari buku saja pastinya berbeda dengan buki terjemahan. Bila referensi Anda adalah buku terjemah, Anda bisa menuliskan footnote berikut ini. Nomor Kutipan, Nama Pengarang, Judul Buku, Nama Penerjemah, Kota Penerbit Nama Penerbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ⁴Muhammad Rab’i, Sejarah Penaklukan Konstantinopel, Terj. Muhammad Afifuddin dan Mukhtar Rifa’i Jakarta Asy-Syariah, 1998, hal. 23. 9. Cara Menulis Footnote dari Koran Cara menulis footnote untuk sumber tulisan dari majalah juha pasti akan berbeda dengan koran. Berikut ini, cara menulis catatan kaki untuk sumber yang berasal dari koran. Nomor Kutipan, Nama Penulis, “Judul Artikel”, Sumber Kutipan, Tanggal Terbit, Tahun Terbit, Nomor Halaman. Contohnya ³Bambang, “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak” Kompas, 30 April, 2016, Hal. 14. 10. Cara Menulis Footnote dari Internet Bila buku, laporan penelitian koran hingga majalah tidak cukup digunakan sebagai referensi atau kutipan. Anda bisa mencari sumbernya dari internet dan mencantumkannya dalam catatan kaki. Cara menulis footnote untuk sumber dari internet berikut ini. Nomor Kutipan, Nama Penulis, “Judul Artikel”, URL web, Tanggal Akses, Tahun Akses. Semakin sering membaca dan mengutarakan pendapat tentang buku, saya mengamati ada satu kebiasaan baru yang muncul dua tahun belakangan ini Bikin “indeks” buku. Iya, diapit dengan tanda petik, karena kalau dibandingkan dengan definisi indeks yang saklek ya nggak 100% memenuhi syarat. Sebenarnya bikin catatan saat membaca sudah dilakukan sejak dulu, tapi khusus untuk indeks ini jadi lebih rapi lah dua tahun terakhir indeksDi kamus bahasa Indonesia maupun beberapa kamus bahasa Inggris luar, pengertian indeks ini kurang lebih sama. Mengutip dari KBBI, salah satu artinya seperti ini /indèks/n. daftar kata atau istilah penting yang terdapat dalam buku cetakan biasanya pada bagian akhir buku tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu ditemukanBiasanya, indeks buku bisa kita temukan di beberapa halaman akhir buku non-fiksi, walau nggak semua mencantumkannya. Indeks ini bisa diisi dengan istilah, nama orang, sampai topik tertentu yang dibahas di dalam buku.“Indeks” buku versi saya Kalau indeks beneran disusun dengan detail dan sesuai abjad, kalau versi saya lebih ala kadarnya. Daripada bikin sesuai abjad yang belum ketebak butuh space berapa banyak di kertas, saya bikin sesuai urutan bab buku. Format Bab X [Judul bab]XX nomor halaman [Keyword/catatan]XX nomor halaman [Keyword/catatan]Kalau dalam satu halaman ada beberapa keyword yang ingin saya catat, tambahkan bullet points tanpa menulis ulang nomor halamannya lagi XX nomor halaman • [Keyword/catatan] • [Keyword/catatan]Note indeks yang saya maksud di blog post ini indeks analog ya. Kalau buat baca e-book serupa tapi tak sama. Itu buat lain waktu, ya. Format di atas biasanya itu yang saya pakai, tapi nggak menutup kemungkinan ada adjustment untuk bacaan yang Dibutuhkan?Alat tulis. Kertas dan pulpen/pensil. Pakai buku bisa, kertas binder bisa, sticky note bisa, notepad juga bisa. Apa saja. Bebas. Di video “Cara Menandai dan Menganotasi Buku”, saya mencontohkan pakai kertas binder untuk bikin indeks. Mau bikin indeks dengan langsung ketik di note-taking app juga bisa supaya lebih gampang dicari. Kalau saya masih setengah-setengah, kadang analog, kadang digital. Aktivitas menulis pakai pulpen di atas kertas itu masih punya pesonanya tersendiri D Apa yang dicatat di dalam indeks?Keywords yang terasa paling menonjol dari bab atau halaman yang ingin dicari tahu lebih lanjut. Kutipan yang disuka atau ingin dibaca menarik dari penulis. Argumen penulis yang yang mengingatkan saya pada buku yang jadi muncul saat membaca kalimat/paragraf/halaman semua buku harus dibuat indeksnya?Nggak dong. Saya biasanya bikin indeks untuk buku-buku yang sudah terasa padat informasi, bakal jadi referensi untuk topik tertentu yang sedang saya cicil pelajari, dan buku yang mau diobrolkan bersama teman-teman. Selain itu ya saya paling hanya tempel-tempel sticky tab saja. Kapan waktu terbaik membuat indeks buku?Bisa ditulis sambil membaca ada yang menarik langsung tulis, bisa juga selesaikan satu bab dulu baru bikin biasanya seperti itu. Pernah juga mencoba menyelesaikan baca beberapa bab atau menyelesaikan satu buku sampai tuntas baru bikin indeks, tapi malah jadi nggak niat dan terlalu malas karena tertunda lama dan jadi numpuk yang perlu dicatat. Ujung-ujungnya saat mau bikin resensi buku jadi lebih lama karena nggak indeks. beberapa kali kejadian seperti itu, tentu kapok. Balik lagi ke metode yang saya sebutkan di awal. indeks buku bikin lebih ingat? Apa aja manfaatnya?Ada yang bertanya ke saya, gimana caranya supaya nggak lupa dengan buku yang dibaca. Kalau dari pengalaman saya, apa yang dibaca pada waktunya ya pasti ada yang terlupakan. Otak kita bukan untuk menyimpan segudang informasi. Dari sekian banyak yang dibaca, yang terekam di ingatan paling hanya beberapa bagian saja. Kalau ingin ingat, perlu praktik atau/dan diulang secara spesifik bicara buku non-fiksi, saya bisa mengingat dengan baik apa yang bisa saya praktikkan. Mirip seperti menghafalkan rute jalan baru Kalau nggak dicoba sendiri, dan dilalui beberapa kali, sulit buat saya untuk menghafalnya di luar kepala. Tapi, kalau kasih kuis ke saya tentang habit formation, saya bisa jawab dengan lancar karena buku-buku seperti Atomic Habits dan The Power of Habit memang saya praktikkan. Saya bisa bantu jelakan apa itu habit stacking, keystone habit, dan golden rules kalau ingin bikin kebiasaan baru maupun buang kebiasaan lama. Nanya ke saya tentang penulisan artikel dan journaling pun bisa saya jawab karena memang apa yang saya baca, saya coba, dan saya masukkan ke dalam rutinitas sehari-hari. Tapi, itu kan jenisnya self-development. Sementara buku non-fiksi cabang sub-genre-nya banyak sekali. Ada buku non-fiksi tentang Indonesia tahun 65, perubahan ekonomi global, kesusastraan, sampai Artificial Intelligence AI. Beberapa di antaranya ada yang setelah baca ya sudah, sekarang jadi tahu, tapi nggak ada immediate action yang bisa dilakukan di keseharian saya. Untuk buku-buku tertentu, saya sudah menerima kondisi pasti akan lupa ini, kecuali saya punya partner diskusi yang seenggaknya seminggu sekali nowel buat bahas topik tersebut. Namun pada kenyatannya kan nggak begitu. Apalagi kalau topik itu bukan bidang yang saya geluti sebagai pekerjaan utama, porsi waktu yang diberikan untuk hangout bareng bersama topik itu ya secukupnya saja, dan menurut saya itu nggak apa-apa. Di tengah information overload seperti sekarang, kalau saya terus-menerus mengulang semua topik yang dibaca, hasilnya malah I can’t “function” well karena overdosis dengan banyaknya informasi. Gimana saya mau fokus dan deep work kalau di dalam kepala isinya sedang berusaha mengingat 20 macam topik berikut dengan turunannya?Jadi, lupa dengan apa yang sudah dibaca itu wajar, dan nggak apa-apa. Di sinilah indeks buku mengambil peranan penting karena dengan punya indeks, saya jadi gampang mencari informasi yang kalau buku itu berkesan, walaupun lupa apa penjelasan detail dari suatu teori/argumen, seenggaknya kata kunci atau istilah pentingnya masih tersisa di ingatan. “Gue inget deh, intuisi ini pernah dibahas juga sama Daniel Kahneman di Thinking, Fast and Slow.” Nah, kalau udah gitu tinggal lihat daftar isi, dan indeks buku. Cek dulu, “intuisi” ini masuk sebagai judul babnya atau nggak. Kalau iya, lebih enak lagi tinggal cek bab tersebut dan baca indeksnya. Kalau nggak, ya baca dulu indeksnya dari awal. Indeks buku yang saya bikin saat baca Thinking, Fast and Slow totalnya ada 12 halaman. Buat saya, baca 12 halaman ini jauh lebih memudahkan daripada nyari satu pembahasan di antara ratusan halaman bukunya. Buku digital gampang, tinggal ketik kata dan search. Lha buku fisik kebayang kan, kalau nggak bikin indeks, itu kayak nyari satu jarum di antara tumpukan jerami buat yang kapasitas memorinya terbatas macam buku bisa jadi discussion guideline saat kita ngobrol di klub buku bareng teman-teman. Nggak tahu mau bahas apa lagi padahal baru 30 menit jalan? Tinggal buka indeks, pilih satu, terus lempar ke teman-teman Menurut gue pembahasan XYZ ini kontradiktif karena …., kalian ngerasa gitu juga nggak? Pendapat kalian gimana? Indeks ini seperti amunisi topik obrolan. Kalau udah tersusun dan terekam dengan baik dalam bentuk catatan, stok yang mau dibahas pasti selalu ada dan kecil kemungkinannya akan kehabisan bahan. Indeks buku juga bisa jadi pemantik riset. Baca ulang halaman sekian, cari referensi/sumber lain tentang topik XYZ, atau coba tanya ke si anu, pendapatnya tentang XYZ gimana. Berguna sekali kalau buku yang dibaca memang ada kaitannya dengan kepentingan lain yang kita indeks jadi, lalu gimana bikin resensi bukunya?Dari sekian banyak pembahasan menarik yang ditawarkan satu buku, nggak mungkin semuanya disebut dalam resensi. Indeks ini buat saya jadi filter pertama Apa yang dirasa penting, menarik, dan bikin penasaran, catat di dalam indeks. Kalau nggak dicatat, menurut saya bakal lama lagi untuk cari dan buka-buka bukunya saat ingin meramu resensi. Setelahnya, baca ulang indeks buku, dan lakukan “tebang pilih”. Inilah filter kedua Memilih beberapa informasi yang paling disuka, paling dianggap penting atau menarik untuk dibagikan dalam resensi. Dari contoh foto indeks buku di awal post ini Invisible Influence, untuk melakukan filter kedua ini saya biasanya melingkari atau menggarisbawahi yang jadi pilihan utama. Pilihan terakhir inilah yang biasanya paling “berbicara” ke saya. Bisa jadi karena paling relate, atau paling relevan dengan situasi banyak orang, atau yang dirasa sayang kalau cuma saya doang yang tahu. Ada juga bertanya, kalau yang dianggap menarik masih banyak gimana? Bikin jadi bite-sized series. Persempit cakupan yang mau disampaikan, tapi perbanyak jumlahnya. Bisa gitu juga kalau mau. Tip lain yang bisa dicoba juga saat menulis resensi buku non-fiksi adalah menambahkan pengalaman atau cerita kamu. Misalnya, di resensi buku saya tentang Invisible Influence, ada poin menarik tentang manusia yang ingin beda dari manusia lain untuk punya sense of self. Punya barang dari brand yang sama, tapi warnanya beda. Saya tambahkan di situ apa yang memang terjadi pada saya Mobil yang sama seperti sejuta warga Indonesia lainnya, tapi dimodif dikit di beberapa bagian supaya beda D Buat yang suka bikin microblog di Instagram, bisa juga bikin key takeaways dari bukunya baca deh bikinan Devina ini. Sip banget!, riset lain yang kamu temukan tentang topik tersebut cek microblog Kak Yun. Muantap kali!, atau next actions yang bisa dicoba setelah selesai membaca bukunya bisa lihat beberapa Catatan Baca saya.Saat bahannya sudah terfilter, menulis resensi buku pun terasa lebih mudah. How about you? Pernah bikin indeks buku juga? Buku catatan memilik 11 buku catatan berasal dari kata ataupun istilah yang memiliki makna yang sama dengan buku catatan. Buku Catatan AgendaAcaraBuku harianDaftarJadwalProgramRancanganRencanaSenaraiSkedul Kesimpulan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, arti buku catatan adalah agenda. Arti lainnya dari buku catatan adalah acara.

daftar istilah penting dalam buku catatan